Sabtu, 12 Februari 2011

Menanamkan Sikap Toleransi pada Anak


By Republika Newsroom
Jumat, 19 Desember 2008 pukul 13:30:00
 Menanamkan Sikap Toleransi pada Anak
CORBIS.COM
MENGHARGAI: Toleransi bisa berarti sikap terbuka dan saling menghormati terhadap perbedaan. Sikap itu hendaknya ditanamkan sejak dini pada anak, untuk menghindari konflik.
JAKARTA-- Masyarakat Indonesia yang beragam dari berbagai aspek, membutuhkan sikap toleransi untuk menjaga keutuhan. Meskipun tak dipungkiri kenyataan munculnya konflik di berbagai daerah akibat perbedaan tersebut. Hal itu menjadi isyarat pentingnya mengajarkan sikap toleransi kepada anak sejak dini.

Sebenarnya, arti kata toleransi adalah sikap terbuka dan menghormati perbedaan. Meski kaitan toleransi lebih sering pada perbedaan suku dan agama. Toleransi juga berarti menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan budaya, menolak stereotipe yang tidak adil, sehingga tercapai kesamaan sikap.

Anak dapat diperkenalkan konsep tentang toleransi sejak dini, yaitu pada sekitar usia empat tahun. Sebelum mencapai usia tersebut, bukan berarti anak tidak akan sama sekali menyerap berbagai contoh atau mengetahui nilai-nilai toleransi tersebut. Sejak usia satu tahun, alam bawah sadar anak dapat menyerap contoh yang dilakukan oleh orangtua dan orang-orang disekelilingnya.

Namun pada usia dua tahun, sebagian besar anak masih cenderung memiliki sifat egosentris. Artinya, anak menganggap bahwa dirinya adalah segalanya. Yang membuat mereka sulit berbagi atau belum bersedia bermain dengan orang lain.

Disinilah peran penting orangtua peran dalam menanamkan nilai toleransi kepada anaknya. Terutama, menstimulasi anak agar dia siap menerima keberadaan orang lain. Secara bersamaan, juga menanamkan karakter toleran terhadap orang lain yang berbeda dari dirinya.

Banyak orang tua yang hidup dalam komunitas yang beragam dan memiliki teman-teman yang memiliki perbedaan asal-usul, jenis kelamin, agama, dan sebagainya. Mengajari toleransi pada anak-anak, sebaiknya dimulai dari sikap orang tua yang menghargai perbedaan-perbedaan itu dengan baik, yaitu dengan menjadi diri mereka sendiri, tanpa sikap yang dibuat-buat.

Lingkungan rumah dan sekolah memegang peranan penting dalam mengembangkan toleransi beragama. Jika lingkungan rumah atau sekolah yang ditemui anak bersifat heterogen maka anak dapat memahami perbedaan agama dan kebiasaan yang dilakukan masing-masing agama.

Terutama, anak-anak di masa depan dihadapkan dengan era globalisasi yang mengharuskan mereka berhadapan dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda.

Sehingga, pemahaman keragaman merupakan hal penting bagi masa depan anak-anak. Apalagi kelak jarak antarnegara dan benua sudah semakin dekat berkat kemajuan teknologi.

Seperti peraturan lain, toleransi harus diajarkan dengan cara yang bijak. Meskipun anak belum bisa bicara, mereka biasanya melihat dan meniru perilaku orangtuanya. Anak-anak, usia berapa pun, akan mengembangkan kemampuan
mereka dengan mencontoh perilaku dan penghargaan dari orang-orang yang dekat dengan mereka. (ri)

Tips Mengenalkan Toleransi
  • Tunjukkan sikap menghargai orang lain. Tinggal di lingkungan perumahan memungkinkan pertemuan dengan para tetangga dengan budaya, agama, dan kebiasaan yang beragam. Bergaul dan selalu menghargai satu sama lain akan memberi contoh bertoleransi yang baik pada anak.
  • Berikan contoh. Orang tua dapat mengajarkan toleransi dengan memberikan contoh-contoh dengan cara mereka sendiri. Membicarakan tentang toleransi dan sikap menghargai akan membantu anak memahami nilai apa yang ingin Anda tanamkan pada diri mereka.
  • Hati-hati berbicara. Ingatlah bahwa anak-anak selalu mendengar perkataan Anda. Jadi, hati-hatilah jika membicarakan kebiasaan orang-orang yang berbeda dengan diri Anda. Meskipun hanya candaan, ini akan terserap padapikiran si anak dan dapat memengaruhi sikapnya.
  • Cermat memilih mainan, buku, musik. Ingatlah pengaruh media sangat besar dalam membentuk perilaku anak. Fokuskan pembicaraan dengan anak mengenai stereotipe yang tidak adil dan mungkin terpapar di media seperti film dan cerita-cerita pada buku.
  • Jawab dengan jujur. Pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan kebiasaan beragama dan berbudaya yang berbeda harus dijawab dengan jujur dan mencerminkan sikap menghormati.
  • Carilah komunitas yang beragam. Berilah kesempatan anak untuk bermain dan beraktivitas dengan orang lain yang berbeda dengan diri mereka. Misalnya ketika memilih sekolah, tempat berlibur, atau penitipan anak, carilah tempat yang populasinya beragam.
  • Jika orang tua mengajarkan toleransi pada anak sejak dini, mengajari cara menghargai orang lain, serta menunjukkan model perilaku memperlakukan orang lain secara baik, niscya anak akan menanamkan sikap yang sama seiring perkembangannya. (ri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar